Thursday, February 25, 2010

Belajar Konsep Desain

bulbMendesaian sebuah layout sebuah media informasi (buku, booklet, brochure, flier, tabloid, dll) memang tidak mudah. Ternyata butuh modal dasar untuk yang memang tidak gampang. Salah satunya dengan menggunakan konsep dasar 5 W ( What, Why, Who, When, Where) dan 1 H (How), begitulah share dari temen-temen desainer.

  1. WHAT, apa tujuan desain tersebut? Menetapkan tujuan sangat penting karena tanpa tujuan pesan yang akan disampaiakan akan tidak tersampaiakan.

  2. WHY, mengapa media informasi ini penting untuk audience?

  3. WHO, siapakah target audience-nya/pembacanya?

  4. WHEN, kapan waktu yang tepat untuk mempublikasikan media informasi.

  5. WHERE, dimana dapat meletakan/memasang media informasi supaya mudah dibaca oleh terget audience.

  6. HOW, bagaimana cara menyampaiakannya pesan agar dapat cepat diterima oleh target audience.


Biasanya sebelum desainer memulai sebuah proses mendesain sebuah media informasi ataupun buku ada proses creative brief, dari atasan atau pihak yang terkait/pemesan, yang fungsinya sama dengan konsep desain, namun tertuang dalam bentuk tulis. Pada prinsipnya seorang desainer akan lebih cepat bekerjanya jika mendapat informasi secara lengkap. Sehingga nantinya dapat tertuang dalam desain yang begitu menarik dan pesan dari informasi itu dapat sampai ke target audience. (Semoga bermanfaat)

Sunday, February 21, 2010

Seperti Kisah di Calcutta

teresaSeperti Kisah di Calcutta

Ibu Teresa pernah bermimpi, Santo Petrus menghalanginya masuk ke surga. Penjaga pintu surga itu membentaknya keras, “Enyahlah kamu. Di surga ini tidak tersedia tempat-tempat kumuh!”

Ibu Teresa marah. Ia membalas menjawab, “Baiklah, akan kupenuhi surga dengan gelandangan dan penghuni-penghuni tempat kumuh sebanyak-banyaknya, sampai aku sendiri memunyai hak untuk memasukinya”. …

Begitulah penggalan cerita yang ditulis oleh romo Sindhunata SJ. Dari buku Segelas Beras Untuk Berdua penerbit Kompas.

Cerita tersebut menggambarkan suatu realita kehidupan, masih banyak disekitar kita yang membutuhkan uluran tanggan kita, namun terkadang kita menutup mata.

Suatu pagi aku mengunjungi toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rahmat Malang. Saat aku berada di lantai dua dan melihat kearah bawah dari dinding kaca, beberapa bule dari Negeri Belanda membagi-bagikan bingkisan kepada beberapa anak-anak jalanan. Anak-anak itupun melonjak-lonjak kegirangan sambil mengakat-angkat bingkisannya. Yah, mungkin hanya ada rasa gembira yang ada dihatinya. Mereka amat menyukuri berkat dari tutup-tutp botol minuman ringan yang ia jadikan alat music bisa menjadikan sesuatu yang amat menggembirakan. Suara alat music yang mengiringi suara fals mereka, yang terkadang sangat memekakan telinga sungguh menjadikan mereka bahagia.

Dihimpit oleh bangunan-bangunan tinggi di pertokoan Kayutangan Malang, tidak sedikit kaum marginal yang sibuk bergulat dengan keringatnya. Tukang becak, penjual jamu gendong, penjaja koran jalanan dan antrian microlet sering mangkal di depan toko OEN yang sering dikunjungi tourist yang kebanyakan berasal dari negeri Belanda. Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus yang berdiri megah bersebelahan dengan restoran sepat saji McDonald juga tidak kalah megahnya menghiasi tata kota. Tetapi disinalah yang tidak disadari bagi banyak orang, yaitu muncul kebahagiaan bagi anak-anak jalanan, terutama pada hari itu, hari dimana aku bisa melihat karya Tuhan yang membagikan tubuhNya.

Modernisasi bagi sebagian kaum ini tidak membuat surut dalam berjuang menghadapi tantangan hidup. Malah menjadikan modernisasi sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diperjuangkan. Dinding-dinding beton kokoh yang menghimpit rumah kardus justru menjadikan surga bagi meraka, karena ada sedikit berkat dari modernisasi. Tidaklah mungkin Tuhan menciptakan mahkluk hidup jika akan diterlantarkan.:-)

Lonceng Gereja dan Dering Handphone



bellMenarik kalau kita mengamati disekeliling kita, tatkala kita mengikuti sebuah perayaan ekaristi/misa di gereja, tiba-tiba  terdengar dering handphone. Ironisnya yang merasa memiliki handphone justru tersenyum ataupun tertawa  pelan mendegar suara dering, dengan entengnya menjawab hallo!

Peristiwa diatas mungkin sering kita jumpai dibeberapa gereja, terlebih di gereja-gereja di kota besar. Rasa khusuk/sakral terhadap perayaan ekaristi semakin lama semakin tenggelam. Namun itu semua menjadi tanggung jawab kita sebagai umat kristiani. Bukankah kita tidak mau mengganti deantang lonceng gereja dengan dering HP?

Membuat Kalimat Judul Buku

judul buku

Pengenalan Komputer Pada Anak, Financial Revolution, Marketing Revolution, Berguru Pada Anak, Membajui Yang Telanjang, Nikmatnya Mie Remes, 7 Langkah Mudah Menjadi Web Master, How To Advertise, Tips & Trik Menjadi Blogger, Kaya Lewat Internet, dan lain sebagainya.

Kalimat diatas adalah contoh kalimat judul sebuah buku. Kalau kita amati kata dari masing-masing kalimat judul diatas tidak ada yang lebih dari 5 kata.

Memang menarik kalau kita mencermati ribuan judul buku yang beraneka warna serta font di toko buku terkemuka diseluruh kota besar Indonesia. Lalu apa yang menarik? Barangkali, salah satunya adalah rangkaian kalimat judul. Bagi orang awam, apalagi yang sama sekali tidak berkecimpung di dalam proses pembuatan sebuah buku pasti tidak akan tahu tahap-tahap membuat kalimat judul.

Memang tidak mudah membuat kalimat judul hingga layak tampil di halaman cover depan dari sebuah buku. Dalam hal ini, editor dan marketinglah yang merupakan tempat menggodok atau memroses kalimat judul. Membuat kalimat judul sama halnya dengan merangsang calon pembeli, minimal melirik dan tertarik dengan kalimat judul yang kita buat, sehingga akan terjadi transaksi pembelian.

Berikut ini adalah beberapa masukan dari teman-teman penerbit (buku) mengenai proses pembuatan kalimat judul sebuah buku:

Pertama, hendaknya kalimat judul dibuat beberapa kalimat kurang lebih 5 sampai 10 kalimat, sebagai deretan kalimat untuk didiskusikan. Kalimat judul harus erat kaitannya dengan isi buku.

Kedua, bersama team mendiskusikan kalimat judul. Kalimat judul harus memiliki kuatan menjual. Sehingga buku tersebut, meskipun hanya dengan sebuah judul saja sudah mampu menjual dirinya sendiri jika terpampang di toko buku, media iklan maupun di media promosi yang lain.

Ketiga, jika dimungkinkan melakukan survey pasar untuk menentukan judul mana yang paling dilirik pertama kali oleh calon pembeli, meskipun calon pembeli belum membaca isi bukunya.

Keempat, memutuskan judul mana yang akan dipakai dalam kalimat judul.

Kelima, berdiskusi dengan bagian desain grafis untuk menentukan pembuatan desain cover buku. Jika dimungkinkan melakukan survey pasar untuk memutuskan desain mana yang layak jual.

Proses pembuatan judul buku tidaklah berhenti begitu saja sampai kelima. Pasti! Ada langkah keenam, ketujuh dan seterusnya. Minimal bagi orang awam tahu garis besarnya bagaimana proses membuat kalimat judul sebuah buku.

Memang, ada kalanya kalimat judul buku tidak dibuat oleh pihak penerbit. Penulis biasaya sudah mencantumkan judul buku yang ditawarkan ke penerbit. Tetapi untuk menentukan kalimat judul mana yang akan dipakai tergantung dari kesepakatan antara penulis dan penerbit. Maka, disini sering terjadi pro dan kontra dalam menulis sebuah kalimat judul. Si penulis menginginkan judul sesuai dengan idenya sendiri tanpa memperhitungkan apakah judul itu menjual, sedang penerbit sangat mempertimbangkan layak tidaknya judul sebagai kalimat yang menjual. Disinilah perlu adanya komunikasi yang baik antara pihak penulis dan penerbit. [yos ] :-)