Sunday, February 21, 2010

Seperti Kisah di Calcutta

teresaSeperti Kisah di Calcutta

Ibu Teresa pernah bermimpi, Santo Petrus menghalanginya masuk ke surga. Penjaga pintu surga itu membentaknya keras, “Enyahlah kamu. Di surga ini tidak tersedia tempat-tempat kumuh!”

Ibu Teresa marah. Ia membalas menjawab, “Baiklah, akan kupenuhi surga dengan gelandangan dan penghuni-penghuni tempat kumuh sebanyak-banyaknya, sampai aku sendiri memunyai hak untuk memasukinya”. …

Begitulah penggalan cerita yang ditulis oleh romo Sindhunata SJ. Dari buku Segelas Beras Untuk Berdua penerbit Kompas.

Cerita tersebut menggambarkan suatu realita kehidupan, masih banyak disekitar kita yang membutuhkan uluran tanggan kita, namun terkadang kita menutup mata.

Suatu pagi aku mengunjungi toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rahmat Malang. Saat aku berada di lantai dua dan melihat kearah bawah dari dinding kaca, beberapa bule dari Negeri Belanda membagi-bagikan bingkisan kepada beberapa anak-anak jalanan. Anak-anak itupun melonjak-lonjak kegirangan sambil mengakat-angkat bingkisannya. Yah, mungkin hanya ada rasa gembira yang ada dihatinya. Mereka amat menyukuri berkat dari tutup-tutp botol minuman ringan yang ia jadikan alat music bisa menjadikan sesuatu yang amat menggembirakan. Suara alat music yang mengiringi suara fals mereka, yang terkadang sangat memekakan telinga sungguh menjadikan mereka bahagia.

Dihimpit oleh bangunan-bangunan tinggi di pertokoan Kayutangan Malang, tidak sedikit kaum marginal yang sibuk bergulat dengan keringatnya. Tukang becak, penjual jamu gendong, penjaja koran jalanan dan antrian microlet sering mangkal di depan toko OEN yang sering dikunjungi tourist yang kebanyakan berasal dari negeri Belanda. Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus yang berdiri megah bersebelahan dengan restoran sepat saji McDonald juga tidak kalah megahnya menghiasi tata kota. Tetapi disinalah yang tidak disadari bagi banyak orang, yaitu muncul kebahagiaan bagi anak-anak jalanan, terutama pada hari itu, hari dimana aku bisa melihat karya Tuhan yang membagikan tubuhNya.

Modernisasi bagi sebagian kaum ini tidak membuat surut dalam berjuang menghadapi tantangan hidup. Malah menjadikan modernisasi sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diperjuangkan. Dinding-dinding beton kokoh yang menghimpit rumah kardus justru menjadikan surga bagi meraka, karena ada sedikit berkat dari modernisasi. Tidaklah mungkin Tuhan menciptakan mahkluk hidup jika akan diterlantarkan.:-)

No comments: