Wednesday, August 18, 2010

KOMPOR LPG VS KAYU BAKAR

Beberap awaktu yang lalu ibuku membeli tabung gas LPG (Liquefied petroleum gas) beserta kompornya dari salah satu teman kerjanya seharga 100rb. Hem, lumayan untuk cadangan di dapur rumah kami.

Fakta ini menarik karena tidak semua orang mampu mengoperasikan kompor berbahan bakar gas. Aku tidak menyalahkan teknologinya, yang pasti teknologi baru itu pasti ada nilai tambahnya. Namun yang aku pikirnkan adalah mengapa beberapa orang tetanggaku tidak mau menggunakan gas LPG, malahan mereka lebih senang menggunakan kayu bakar.

Jadi ingat 30 tahun yang lalu saat masak segala macam masakan masih menggunakan kayu bakar. Ya meskipun rasa makanan atau minuman yang sudah masak menjadi sangat khas, hehehe, tetapi kami bisa menikmatinya.

Sekarang harga kayu bakar ditempatku sekitar 100rb per m3, belum lagi kalau dicampur dengan “blarak” dan “batok” kelapa, serta ranting dari kayu kering. Hemm pasti bisa dipakai berbulan-bulan. Tapi apakah akan menggunakan kayu bakar terus menerus? Mungkin didaerah tertentu masih menggunakan kayu bakar meskipun kompor LPG terus disosialisasikan. Memang sulit mengubah kebiasaan, harus perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan yang sudah nyaman.

Di salah satu media cetak nasional juga menulis, korban ledakan gas LPG berjatuhan, bukan tabungnya loh. Serta ada wacana pula, pemerintah akan menarik komponen tabung gas 3kg karena tidak berstandart SNI (Standar Nasional Indonesia), hemmm hayoooo kira-kira bisa ditebak siapa nih yang menjadi biang keroknya.

Harapanku semoga dengan wacana pemerintah ini akan miningkatkan mutu sarta kualitas terhadap komponen tabung gas 3kg, dan yang terpenting tidak akan ada lagi korban setelah semua masyarakat Indonesia menggunakannya.

No comments: