Tuesday, December 18, 2007

ASU SU!

Gerimis mengiringi perjalanan ke tempat kerjaku, pagi itu. Badanku masih terasa letih karena semalaman sampai larut menyelesaikan rutinitas pekerjaanku, apalagi aku baru pulang dari luar kota. Mataku masih tampak lebam karena kurang tidur sedang rambutku telihat agak berantakan karena belum aku rapikan dan sedikit pengaruh dari model baru rambutku. Badanku juga masih terasa meriang, mungkin pengaruh kurang tidur. DUARRR! DUARRR! Kialatan cahaya bersamaan dengan suara halilintar memekakkan telingaku. Asu! Diancok! Sepontan umpatan kata itu keluar dari mulutku. Seketika aku menghentikan langkahku, kutatap ke langit sambil kucondongkan badanku. Aku menatap lagi langit sambil berkacak pinggang, namun yang kudengar hanya suaranya saja yang gaduh. Dalam batin aku hanya bertanya. “Kakean gludug ora sido udan, su!” (hanya suara petir yang keras tapi tidak jadi hujan)

Sebenarnya aku ingin menantang kamu. Tapi itu tidak mungkin aku lakukan. Kamu jauh ada diatas saat mendung mulai bersenandung, sedang aku tidak punya sayap. Panahku pun tidak bisa menjangkau karena engkau selalu bersahabat dengan mendung. Aku harus menyingkirkan mendung bila ingin menjatuhkamu dari awan.

Bagiku, petir pagi itu sombong. Mungkin dalam hati ia tertawa karena telah membuatku terkejut. Mungkin ia pikir aku takut berjalan karena sewaktu-waktu ia bisa menyambar rambutku hingga menghitamkan kulitku. Sama sekali aku tidak takut petir, bukan berarti aku membela diri. Aku hanya menghargai keAgungan yang Maha Kuasa karena telah menciptakannya sedemikian rupa. Bukannya aku tidak mau mencaci maki karena aku pikir petir itu justru sangat rapuh. Kilatannya yang putih dan tajam, serta suaranya yang kadang menggelegar bagiku justru menutupi kerapuhannya. Maaf, bukan berarti aku meremehkan karya ciptaanMu. Tetapi mengapa dia sendiri masih belagak kuat jika sesungguhnya rapuh.

Aku kasihan terhadapmu, saat suara gaduhmu menggelegar aku hanya tertawa, maaf! karena aku sudah sedikit banyak tahu siapa kamu.
Petir hanyalah petir tidak bisa menjadi mendung yang menghasilkan hujan
Petir hanyalah petir tidak bisa menjadi rasa yang menghasilkan warna
Petir hanyalah petir tidak bisa menjadi kuat yang menghasilkan bijaksana
Petir hanyalah petir tidak bisa menjadi terang yang menghasilkan damai
Petir hanyalah petir, aku berharap hanya menjadi warna

Malang, 17/12/07
Disela waktu dalam tanya jawab doa

No comments: