Kemarin sudah tiada, beberapa jam yang lalu sudah tiada
Beberapa menit yang lalu juga menghilang
Dan detikpun tertinggal
Kini, yang ada hanya sekarang…
Percuma besok kita pikirkan karena besok belum ada,
Sekarang yang ada.
Menikmati yang sekarang bagiku jauh lebih baik.
Hidup itu mengalir seperti aliran sungai, menuruni mata airnya sendiri dari puncak gunung
Aku merasa hidup seperti itu, setelah bertemu di lautan yang luas baru akan terasa,
oh, betapa kecilnya aku!
Aku menyadari segala kekuranganku diantara banyaknya air
Lalu apa yang aku banggakan?
Airpun berubah menjadi jernih, bagaikan Kristal ditengah samudra yang terkena tamparan sinar
Tetapi sungguh malang air yang masih di bibir pantai, kotor, bau dan tersingkir
Raja air menari-nari ditengah samudra
Jernihnya bagaikan Kristal yang diasah jutaan malaikat
Raja air berkuasa atas bumi,
Bahkan manusia menjadi budaknya
Aku berusaha menjuhi bibir pantai
Supaya raja air mengajaku menari
Terkadang aku gagal mendekat saat badai menghempaskanku
Menjauhkan kembali dengan raja air
Tiap hari aku berdoa
Biar samudra itu tenang
Namun sia-sia
"Jika tanpa rintangan bagaimana kamu bisa menarik perhatianku" raja air marah
Aku terus berusaha mengarunginya
Meskipun hempasan ombak terkadang menendangku berkali-kali
Saat aku terhempas dan tenggelam
Aku melihat kunang-kunang di tengah samudra
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
Kunang-kunang itu menariku keatas
Hingga aku terapung kembali
Tetapi aku bangga, bisa berusaha mendekat ke raja air
Memandang wajahnya terkadang aku tidak pantas
Tapi aku ingin menari
Dan aku berharap suatu saat aku juga menjadi raja air
Karena ada damai ditengah samudra
31/12/2007 <dalam refleksi akhir tahun>
No comments:
Post a Comment