Sunday, May 17, 2009

Memaksimalkan Kekurangan

Kekurangan terkadang menjadi ganjalan ketika saya berada dilingkungan orang-orang pintar, berwawasan luas, dan berpendidikan tinggi. Rasa minder, rasa tidak percaya, merasa tidak mampu, sering menghantui ketika ingin bersosialisasi dengan mereka, meskipun mereka sebenarnya juga mau terbuka terhadap saya. Entah! Apakah usia saya waktu itu masih terlalu muda atau masih kekanak-kanan. Tetapi itu dulu, ketika usia saya masih belasan tahun dan baru lulus dari Sekolah Teknik Menegah.


Dulu ketika pertama kali saya bekerja disebuah perusahaan swasta, saya sering diejek oleh taman-teman sekantor. Katanya saya seorang yang “gaptek” alias gagap teknologi, tidak mau belajar komputer padahal pada saat itu sudah ada fasilitas internet gratis. Lama-lama capek juga kalau tiap hari mendengar ejekan dari teman-teman atau ketika melihat teman-teman sedang asik berselancar di dunia maya, saya hanya jadi penonton saja, akhirnya sembunyi-sembunyi belajar sendiri internet dari buku-buku referensi tentang internet.


Buku menurut saya adalah “guru” yang statis alias diam, tidak bisa ngomong dan hanya bisa dibaca saja, sedangkan saya adalah “murid” yang dinamis, mampu melakukan kegiatan untuk berpikir kritis, logis dan analistis dalam menjadi “murid” sebuah buku. Jadi buku akan menjadi sampah kalau saya hanya sama-sama diam. Lama-lama saya pun dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan saya, termasuk dalam bidang teknologi informasi. Dari buku itulah (buku cetak maupun elektronik) saya dapat belajar sedikit-demi sedikit tentang internet, website ataupun weblog. Saya memang tidak menguasai bahasa HTML (HyperText Mark-up Language) atau CSS (Cascading Style System) bahasa atau kode untuk mengatur tampilan dokumen. Yah, meskipun tidak menguasai, minimal tahu sedikit. Tetapi dalam kemampuan yang minim tentang bahasa pemrograman, sayapun akhirnya bisa belajar membuat blog, meskipun hanya sederhana dengan domain nama saya sendiri. Menurut saya ini suatu kebanggaan dan kesuksesan tersendiri karena mampu membuat sesuatu yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Weblog hanya sebuah sarana atau kendaraan saja, sedangkan content (isi) merupakan informasi yang lebih prioritas.


Saya pun ingin mengisi blog saya dengan content yang menarik dan informatif, sehingga bisa berbagi dengan teman-teman yang lain. Terkadang binggung juga, kalau saya membaca saya tidak bisa menulis, kalau saya belajar bahasa pemrograman saya tidak bisa mengisi content blog. Huuuh binggung sendiri juga akhirnya. hehehhehhe


No comments: